Headlines News :
Home » » Sukseskan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia

Sukseskan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia

Written By Ikatan Alumni SMA N 1 Pamenang dan SMA N 5 Merangin on Rabu, 16 Januari 2013 | 02.13


Siswa SD yang Aktif
Pendidikan di indonesia sejatinya bertujuan untuk mencerdaskan dan menjadikan anak bangsa berakhlak mulia. Hal isi sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi amandemen) pasal 31 ayat 3 dan 5. Pada pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang”. Jelas bahwa tujuan pendidikan nasional tidak lain adalah untuk mencerdaskan anak bangsa indonesia dengan menjadikan peserta didik memiliki prilaku atau akhlak yang mulia. Kemudian, dalam pasal 31 ayat 5 menyebutkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Telah jelas kita ketahui dalam pasal 31 ayat 5 disebutkan bahwa pemerintah berperan aktif dalam memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai agama untuk persatuan bangsa menuju beradaban manusia yang beradab dan sejahtera.

Namun, pada kenyataanya dapat kita ketahui bersama di lapangan. Kasus “bullying” kekerasan disekolah, tawuran pelajar/mahasiswa, pergaulan bebas dan peredaran Narkotika semakin hari justru semakin bertambah. Sungguh keadaan yang ironis ditengah-tengah kemajuan IPTEK justru memberikan dampak yang belum baik untuk pendidikan bangsa ini. Untuk menjadikan bangsa ini cerdas dan berakhlak mulia,  UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) salah satu organisasi dunia yang ikut adil dalam menyukseskan tujuan pendidikan disetiap negara dunia mencanangkan empat (4) pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuang IQ, EQ dan SQ. Pertanyaannya, “apakah empat pilar  tersebut sudah diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia secara baik dan benar?”

Tawuran Pelajar Hal yang Tak PANTAS di TIRU

Menurut pakar Pendidikan Islam  Dr. Adian Husaini dari Universitas Ibnu Kaldun Bogor, pendidikan islam sejatinya dapat membentuk manusia yang berkarakter dan beradab. Jelas, bahwa pendidikan di Indonesia haruslah dapat menghasilkan putra dan putri bangsa yang tidak hanya cerdas dari segi keintelektualannya namun menjadikan insan kamil (manusia utuh) yang berkarakter dan beradab. Namun pada kenyataan, masih dapat kita temukan sistem pendidikan baik di sekolah maupun di perguruan tinggi yang hanya menekankan sebatas hafalan dan pemahaman saja tanpa diimbangi dengan bagaimana menggunakan ilmu tersebut dalam meniti karir dan berkarya. Bahkan yang lebih ironis yakni ilmu musiman, hanya ingat ketika semester itu kemudian lupa disemester berikutnya. Proses pembelajaran yang hanya menekankan serta berfokus pada hasil akhir tanpa ada penilaian yang baku dari proses bagaimana ia menghayati dan memahami ilmu itu sendiri menghasilkan siswa yang cerdas menghafal bukan memahami secara utuh. Akhirnya banyak mahasiswa dipresi karena dapat “E” atau “K” padahal kuliah dan tugas mereka kerjakan dengan baik. Ujian hanya bertujuan untuk mengukur kecerdasan peserta didik sesaat bukan untuk masa depan. Buktinya, berbagai macam cara mereka berjuang untuk mendapatkan standar nilai yang telah ditetapkan dengan cara yang jelas melanggar kode etik akademik dan norma agama. Ujian memang memberikan penilaian sejauh mana para peserta didik dapat memahami ilmu yang telah disampaikan, namun justru kita jarang mengevaluasi proses transfer ilmu dari guru/dosen ke peserta didik, padahal ini lebih penting. Akhirnya trik “aljimatul minal sukses*” menjadi salah satu metode yang laris dikalangan pelajar dan mahasiswa. (*dimasa SMA (jahiliyah) saya pernah melakukannya, kini alhamdulillah sadar)
Berkaca dari  Finlandia, berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Coorporation and Development (OECD) negara Finlandia menduduki peringkat No 1 terbaik mutu pendidikan di dunia. Patas saja karena di Finlandia untuk menjadi seorang guru memang harus memiliki kualitas dan kemampuan akademik yang baik di tambah adanya pelatihan peningkatan guru kompeten. Guru sangat disegani dan dihormat disana, “bagaimana dengan Indonesia?”. Benar, kualitas guru sangat mempengaruhi kualitas murid dan lulusan. Di Finlandia tidak ada sistem ujian. Justru mereka beranggapan bahwa ujian itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Murid bebas memilih mata pelajaran yang disenangi, konon kabarnya mereka tak memiliki seragam sekolah. Semua murid disana gembira dan asyik belajar serta mengekspresikan diri  (bebas berkreatifitas), menyalurkan hobi serta membuat karya sendiri tanpa ada ancaman dari guru maupun sekolah. Sungguh menyenangkan.

Untuk mencapai serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 dan 5 tentu harus ada kerjasama yang baik dari seluruh unsur elemen masyarakat (cendikia,ulama,orang tua) dan jajaran pemerintahan di Indonesia. Ada yang dapat kita lakukan bersama. Pertama, sebagai seorang pelajar atau mahasiswa sudah selayaknya kita menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kode etik akademik dalam melaksanakan proses belajar dan menuntut ilmu. Etika dan prilaku inilah yang akan menjadikan kita berkarakter dan beradab sehingga mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang mulia yakni mencerdaskan dan menyatukan bangsa demi mewujudkan peradaban untuk kesejahteraan umat manusia.

Kedua, sebagai seorang guru/dosen sudah selayaknya kita senantiasa belajar dari alam (lapangan) dimana proses dan metode belajar akan senantiasa berubah seiring perkembangan IPTEK dan globalisasi. Menurut Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, guru merupakan tombak pendidikan. Jadi, guru adalah investasi bangsa. Sebagai seorang pengajar sudah selayaknya kita mendukung dan memberikan peluang emas bagi peserta didik untuk berkreatifitas, menyalurkan bakat/talenta dalam mewujudkan cita-cita dan karya tertentu selama masih dalam jalur yang benar. Guru juga berperan mendidik, tak cukup hanya mengajar. Sungguh mulia jasa seorang guru, pahala mengalir di dunia dan akherat selama niatnya masih baik dan benar. 

Ketiga, ikut adil dalam mencerdaskan anak bangsa melalui karya yang mulia seperti “Indonesia mengajar” oleh Anies Baswedan, “sekolah juara” oleh Rumah Zakat Indonesia, “Dirgantara Indonesia” oleh BJ Habibie, “Ahli kedokteran” oleh Ibn Sina, “Tafsir Al Azhar” oleh Buya Hamka dan masih banyak karya lain yang menginspirasi kita untuk berbakti bagi negeri. Kita berharap bersama Indonesia masih bisa bangkit dan maju. Kuncinya adalah meluruskan kembali niat untuk menuntut ilmu (bukan hanya untuk mendapatkan harta semata), menjunjung tinggi nilai agama dan membagikan ilmu (hobi berbagi ilmu) kepada siapapun agar lebih bermanfaat. Tapi tak cukup sampai disini,  “Ayo siapa yang mau action?”.

Ayo gapai mimpi dan cita-cita kita

Karya   : Purbo Jadmiko
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Sekilas Mengenai Alumni

Blog ini dirancang salah satunya adalah sebagai sarana berbagi informasi antar Alumni dan Pelajar SMA Negeri 1 Pamenang yang sekarang berubah nama menjadi SMA Negeri 5 Merangin, Jambi-Indonesia.
Semoga Bermanfaat...Amin

Alumni SMA Kita

Jempol Alumni

 
█║▌│█│║▌║││█║▌│║▌║█║║▌
Cyber4rt 2012 | SomeRight Reserved Copyright © 2011. Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Pamenang dan SMA Negeri 5 Merangin, Jambi - All Rights Reserved
Template Edited by Admin Alumni