Headlines News :

Latest Post

Sukseskan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia

Written By Ikatan Alumni SMA N 1 Pamenang dan SMA N 5 Merangin on Rabu, 16 Januari 2013 | 02.13


Siswa SD yang Aktif
Pendidikan di indonesia sejatinya bertujuan untuk mencerdaskan dan menjadikan anak bangsa berakhlak mulia. Hal isi sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi amandemen) pasal 31 ayat 3 dan 5. Pada pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang”. Jelas bahwa tujuan pendidikan nasional tidak lain adalah untuk mencerdaskan anak bangsa indonesia dengan menjadikan peserta didik memiliki prilaku atau akhlak yang mulia. Kemudian, dalam pasal 31 ayat 5 menyebutkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Telah jelas kita ketahui dalam pasal 31 ayat 5 disebutkan bahwa pemerintah berperan aktif dalam memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai agama untuk persatuan bangsa menuju beradaban manusia yang beradab dan sejahtera.

Namun, pada kenyataanya dapat kita ketahui bersama di lapangan. Kasus “bullying” kekerasan disekolah, tawuran pelajar/mahasiswa, pergaulan bebas dan peredaran Narkotika semakin hari justru semakin bertambah. Sungguh keadaan yang ironis ditengah-tengah kemajuan IPTEK justru memberikan dampak yang belum baik untuk pendidikan bangsa ini. Untuk menjadikan bangsa ini cerdas dan berakhlak mulia,  UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) salah satu organisasi dunia yang ikut adil dalam menyukseskan tujuan pendidikan disetiap negara dunia mencanangkan empat (4) pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuang IQ, EQ dan SQ. Pertanyaannya, “apakah empat pilar  tersebut sudah diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia secara baik dan benar?”

Tawuran Pelajar Hal yang Tak PANTAS di TIRU

Menurut pakar Pendidikan Islam  Dr. Adian Husaini dari Universitas Ibnu Kaldun Bogor, pendidikan islam sejatinya dapat membentuk manusia yang berkarakter dan beradab. Jelas, bahwa pendidikan di Indonesia haruslah dapat menghasilkan putra dan putri bangsa yang tidak hanya cerdas dari segi keintelektualannya namun menjadikan insan kamil (manusia utuh) yang berkarakter dan beradab. Namun pada kenyataan, masih dapat kita temukan sistem pendidikan baik di sekolah maupun di perguruan tinggi yang hanya menekankan sebatas hafalan dan pemahaman saja tanpa diimbangi dengan bagaimana menggunakan ilmu tersebut dalam meniti karir dan berkarya. Bahkan yang lebih ironis yakni ilmu musiman, hanya ingat ketika semester itu kemudian lupa disemester berikutnya. Proses pembelajaran yang hanya menekankan serta berfokus pada hasil akhir tanpa ada penilaian yang baku dari proses bagaimana ia menghayati dan memahami ilmu itu sendiri menghasilkan siswa yang cerdas menghafal bukan memahami secara utuh. Akhirnya banyak mahasiswa dipresi karena dapat “E” atau “K” padahal kuliah dan tugas mereka kerjakan dengan baik. Ujian hanya bertujuan untuk mengukur kecerdasan peserta didik sesaat bukan untuk masa depan. Buktinya, berbagai macam cara mereka berjuang untuk mendapatkan standar nilai yang telah ditetapkan dengan cara yang jelas melanggar kode etik akademik dan norma agama. Ujian memang memberikan penilaian sejauh mana para peserta didik dapat memahami ilmu yang telah disampaikan, namun justru kita jarang mengevaluasi proses transfer ilmu dari guru/dosen ke peserta didik, padahal ini lebih penting. Akhirnya trik “aljimatul minal sukses*” menjadi salah satu metode yang laris dikalangan pelajar dan mahasiswa. (*dimasa SMA (jahiliyah) saya pernah melakukannya, kini alhamdulillah sadar)
Berkaca dari  Finlandia, berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Coorporation and Development (OECD) negara Finlandia menduduki peringkat No 1 terbaik mutu pendidikan di dunia. Patas saja karena di Finlandia untuk menjadi seorang guru memang harus memiliki kualitas dan kemampuan akademik yang baik di tambah adanya pelatihan peningkatan guru kompeten. Guru sangat disegani dan dihormat disana, “bagaimana dengan Indonesia?”. Benar, kualitas guru sangat mempengaruhi kualitas murid dan lulusan. Di Finlandia tidak ada sistem ujian. Justru mereka beranggapan bahwa ujian itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Murid bebas memilih mata pelajaran yang disenangi, konon kabarnya mereka tak memiliki seragam sekolah. Semua murid disana gembira dan asyik belajar serta mengekspresikan diri  (bebas berkreatifitas), menyalurkan hobi serta membuat karya sendiri tanpa ada ancaman dari guru maupun sekolah. Sungguh menyenangkan.

Untuk mencapai serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 dan 5 tentu harus ada kerjasama yang baik dari seluruh unsur elemen masyarakat (cendikia,ulama,orang tua) dan jajaran pemerintahan di Indonesia. Ada yang dapat kita lakukan bersama. Pertama, sebagai seorang pelajar atau mahasiswa sudah selayaknya kita menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kode etik akademik dalam melaksanakan proses belajar dan menuntut ilmu. Etika dan prilaku inilah yang akan menjadikan kita berkarakter dan beradab sehingga mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang mulia yakni mencerdaskan dan menyatukan bangsa demi mewujudkan peradaban untuk kesejahteraan umat manusia.

Kedua, sebagai seorang guru/dosen sudah selayaknya kita senantiasa belajar dari alam (lapangan) dimana proses dan metode belajar akan senantiasa berubah seiring perkembangan IPTEK dan globalisasi. Menurut Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, guru merupakan tombak pendidikan. Jadi, guru adalah investasi bangsa. Sebagai seorang pengajar sudah selayaknya kita mendukung dan memberikan peluang emas bagi peserta didik untuk berkreatifitas, menyalurkan bakat/talenta dalam mewujudkan cita-cita dan karya tertentu selama masih dalam jalur yang benar. Guru juga berperan mendidik, tak cukup hanya mengajar. Sungguh mulia jasa seorang guru, pahala mengalir di dunia dan akherat selama niatnya masih baik dan benar. 

Ketiga, ikut adil dalam mencerdaskan anak bangsa melalui karya yang mulia seperti “Indonesia mengajar” oleh Anies Baswedan, “sekolah juara” oleh Rumah Zakat Indonesia, “Dirgantara Indonesia” oleh BJ Habibie, “Ahli kedokteran” oleh Ibn Sina, “Tafsir Al Azhar” oleh Buya Hamka dan masih banyak karya lain yang menginspirasi kita untuk berbakti bagi negeri. Kita berharap bersama Indonesia masih bisa bangkit dan maju. Kuncinya adalah meluruskan kembali niat untuk menuntut ilmu (bukan hanya untuk mendapatkan harta semata), menjunjung tinggi nilai agama dan membagikan ilmu (hobi berbagi ilmu) kepada siapapun agar lebih bermanfaat. Tapi tak cukup sampai disini,  “Ayo siapa yang mau action?”.

Ayo gapai mimpi dan cita-cita kita

Karya   : Purbo Jadmiko

Sungguh Mudah Bagi_Nya

Written By Ikatan Alumni SMA N 1 Pamenang dan SMA N 5 Merangin on Selasa, 15 Januari 2013 | 04.03



Masih hening seperti tadi siang, bedanya kini siang telah berlalu hanya dengkuran jangkrik, nyanyian nyamuk yang terdengar. Padahal dirumah ini ada tiga orang, tapi terasa sendiri... aku pun masih berkutat dengan note book ku, berjibaku mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk, karena kelalaian sendiri, padahal sudah diberi waktu kurang dari sebulan untuk menyelesaikan semuanya, tapi, ya seperti biasa sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging selalu saja mengulur waktu! Tapi bukan itu yang mengganggu pikiranku saat ini, tugas seperti ini dengan waktu semalam bisa kuselesaikan, tapi dengan sistem sks sistim kebut semalam. Tapi kalau masalahnya menyangkut hati, beewh... yang ada hanya diam!

Aku kadang tak mengerti dengan mereka berdua, apa yang sedang terjadipun aku tidak tahu, tiba-tiba saja rumah jadi sunyi, sepi mencekam... nah kalau sudah begini rasanya pengen hengkang saja dari sini, jalan-jalan atau pulang ke kost sekalian. Disana bisa damai, tenang, sebenarnya disini juga tenang, tapi karena ada perang, perang dingin yang menyebalkan!

Saat seperti ini rasanya aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian, apakah kalian tak mengerti bagaimana perasaanku? Sedihku, lukaku... kalian seperti menutup kedua mata kalian akan hadirku di sini. Oh ya, aku tau sekarang mungkin kalian berdua masih menganggaapku seorang anak kecil yang tak boleh tau urusan orang tua. Aku jengah dengan semua ini selalu saja seperti ini.

Praaangg…!!! Terdengar suara piring pecah di lanti bawah aku segera berjingkrak dari ranjangku yang nyaman mengendap-endap menuju celah tangga seperti maling yang takut  ketahuan pemilik rumah. Benar piring pecah ungkapku dalam hati. Tapi kali ini dipecahkan dengan sengaja oleh salah satu di antara mereka.mungkin ada yang amarahnya telah memuncak atau apalah aku tak mengerti. Mereka masih berseteru dilantai bawah seolah tak menyadari sepasang mata memperhatikan mereka dengan penuh kesedihan. Aku tertegun menyaksikan kejadian yang mungkin sudah sering kali terjadi di ruang mataku.

Hfff… apa selalu seperti ini cara mereka menyelesaikan masalah? Tanyaku dalam diam. Tak ada yang bias menjawab, aku berlalu meninggalkan mereka yang masih salingn mengungkit kekurangan dan kesalahan dan sepertinya tak ada yang berinisiatif mengakhirinya.

            Ku basahi wajahku kini dengan air wudhu, kuputuskan untuk curhat pada-Nya, tiga rokaat witir telah kukerjakan. Kurasa baru ini yang bias kulakukan semoga –Dia melembutkan hati keduanya sehingga hal ini tak terjadi lagi… sekarang kuputuskan untuk diam dikamar dengan Murottal Misyari Rayid di note bookku.

Kemudian  cetarrr….!!! Oh Rabbi… kini  lebih keras dari yang tadi, baru saja kumohon kebaikan baut mereka berdua. Kali ini aku enggan untuk keluar kamar. Ku kencangkan volume murottalku. Agar mereka menyadari aku tak ingin mendengarkan apapun selain murottalku saat ini.

Namaku… ah tak penting namaku siapa, yang jelas aku dilahirkan dari keluarga yang sangat harmonis pada awalnya, kami hidup bahagia hingga aku beranjak dewasa. Kini usiaku telah 22th. Anak tunggal dari keluarga yang bergelimang harta. Orangtuaku selalu mencukupi segala kebutuhanku.semuanya ada, tinggal sebut sudah pasti dengan segera ada dihadapanku. Aku dimanja, hingga aku tak tau bagaimana caranya hidup mendiri tanpa menyusahkan orang lain.

Kedua orang tuaku selalu menomarsatukan pendidikanku, aku disekolahkan di sekolah swasta yang tidak murah biayanya pada saat itu. Tapi sayang mereka tak membekaliku dengan pemahaman agama yang cukup, hingga aku tumbuh menjadi remaja yang jauh dari agama. Sampai pada akhirnya aku dikuliahkan oleh orangtuaku di universitas bergengsi di kotaku. Dikampus inilah titik balik kehidupanku tepatnya enam tahun yang lalu. Aku merubah segalanya, dari penampilan sampai pola pikirku. Kini aku sudah bekerja disebuah instansi pemerintahan. Dan dari enam tahun yang lalu juga kejadian demi kejadian dirumah ini kusaksikan, sampai saat ini aku tak pernah lagi merasakan hidup bertiga, karena mereka sibuk dengan ego mereka masing-masing. Mereka itu ayah dan ibuku yang sangat aku cintai, dan kini mereka berdua saling membenci.

Kuharap tidak separah itu, tapi sepertinya harapanku hanya angan-angan semu. Meski kajian islam sering ku isi, nasihat dan solusi sering meghampiri, aku masih merasa tidak membawa pengaruh positif kerumah ini. Sering berpikir untuk pergi, tapi kupikir itu bukan solusi. Yah.. seperti yang terjadi malam ini.
Tiba-tiba ada yang berkelebat dibenakku. Akhirnya kuputuskan untuk ambil tindakan malam ini juga.

“aduuuuhhh.... tolong..... ma... pa...”
Agak konyol sih, tapi aku berharap ini akan berhasil, setengah menahan tawa atas perbuatan ku ini. Tapi aku berusaha untuk menangis, akhirnya airmataku membanjiri bantal, tapi kok belum ada tanda-tanda orang melangkah mendekati kamarku, bisikku dalam hati, ku kencangkan lagi suara tangisku, kini disertai sesenggukan yang lurabiasa menyayat hati...

Gubrraaak...!! pintu kamarku didorong kuat oleh papa, kulihat ada mama yang juga sama paniknya melihat aku memegang kepala seperti orang kesakitan. 

“ kenapa nay...? kamu kenapa sayang...?” ujar papa yang semakin panik,
“ kenapa kepalamu nak...?” mereka berdua silih berganti menanyaiku, semantara airmataku semakin deras mengalir, kini bukan airmata palsu, tapi airmata kerinduan, rindu merasakan belaian lembut mereka, rindu melihat mereka berdua panik karena melihat anaknya sakit, duhai rabbi... aku rindu suasana seperti ini. Mereka seolah melupakan pertengkaran yang baru saja terjadi.

Kurasakan mereka masih membelai kepalaku, ku tatap keduanya, kuraih tangan mereka berdua, bukan disini yang sakit ma.. pa... kataku tapi disini, kudekap erat tangan orang tua ku,
Nayla sakit jika harus melihat papa dan mama bertengkar terus seperti tadi
Nayla sakit jika harus melihat papa dan mama diem-dieman terus setap hari
Sudah enam tahun nayla merasakannya, bahkan mama dan papa tak sadar saat ini nayla sudah dewasa, mama papa sibuk memenangkan ego masing-masing. Nayla kehilangan kalian sejak enam tahun yang lalu.” 

Tak ada suara yang terdengar hanya isak ku, kini tak ada yang kubuat-buat lagi. Ma, pa, apa akan begini terus hidup kita? Tanyaku pada mereka yang terdiam di samping ranjang tidurku. Mereka hanya terdiam. Aku menghela nafas,ku pejamkan mata, duhai Raabb, aku sudah berusaha meski Engkau tak meridhai usahaku, kini aku serahkan semuanya pada-Mu. Do’aku dalam hati.kubuka kembali mataku, dan kini kulihat mama terisak memohon maaf pada papa yang juga merasa bersalah. Mereka berpelukan dengan deraian airmata. 

Hening itu telah sirna, sepi itu telah lenyap sunyi pun telah pergi, kini yang ada hanya senyum dan keceriaan, “Faabiayyiaala irobbikuma tukadzibaan... maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.

Karya: Anonim (YF)...

Oh Gamis Ku

Written By Ikatan Alumni SMA N 1 Pamenang dan SMA N 5 Merangin on Senin, 10 Desember 2012 | 04.02

    OH GAMISKU

      Mendung mengembang dilangit malam, hujan seolah mengguyur  rahmat-Nya dimuka bumi, angin seperti tak ingin tertinggal, terus memainkan daun pintu yang kian lama kian kencang bergoyang mengikuti terpaan angin malam ini. 12 agustus, tepatnya malam ke 23 ramadhan.  
  
     Disini, di sudut kamar ini, aku masih terdiam bersama mushaf qur’anku, selesai kubaca surat al-fussilat, merenungi lembar demi lembar maknanya… tak terasa bening mataku mengalir kembali, kembali? Ya kembali karena tepat lima menit yang lalu aku berusaha menyapunya dengan jilbab putih yang masih kukenakan hingga saat ini.  
     
    Teringat kembali saat tigapuluh menit yang lalu. Masih dengan tingkah kekanak-kanakanku, duduk melingkar diantara ayah ibu dan adikku. Sembari menikmati kue pemberian tetangga, katanya te ha er. Tradisi masyarakat yang sulit untuk dijabarkan. sesekali berebutan dengan adikku yang ternyata jago makan, tak kalah seperti ku. 

       Ditengah kenikmatanku mengunyah kacang bawang tiba-tiba ayah berkata dengan setengah memujiku.

       “Nah pakai baju setelan begitukan bagus, gak pake baju kurung terus” kata beliau yang selama ini sering melihatku memakai baju gamis.

       “Lha emangnya kenapa kalau pake gamis?” tanyaku tak mengerti, karena selama ini sepertinya tak ada masalah apa-apa dengan gamisku.

       “Kalao mbak pakai pakaian itukan kelihatan pantas, seperti orang terpelajar, dan gak buat bapak dan ibu malu” ujarnya

       Gubraaakks! Seperti orang terpelajar? Gak buat malu ibu dan bapak? Jadi selama ini aku dianggap tidak terpelajar dan selalu membuat ibu dan bapak malu begitu? Pikirku didalam hati, dengan langsung meminta penjelasan dari bapak dan ibu.

       “Lho maksudnya apa ini pak? Masa’ gara-gara gamis aku langsung dianggap seperti itu?” Tanyaku setengah menahan rasa.

       “Bapak tu malu sekali ketika lihat kamu pakai baju kurung itu ke masjid, bapak tak kuasa melihatnya, anak yang selalu bapak bangga-banggakan di hadapan orang-orang karena terpelajar dan ngajar ngaji sana-sini, kok sekarang sudah berubah, penampilanmu kok jadi seperti itu, ngaji ya silahkan tapi jangan sampai pakianmu berubah, kamu jadi seperti emak-emak, sperti orang tua kalau pakai pakaian itu. Bapak malu dengan orang-orang yang melihatmu, bapak malu, dikira bapak dan ibumu tidak perhatian dengan anak gadisnya. Sampai akhirnya itu jadi beban pikiran buat bapak, sampai jam dua malam bapak gak bias tidur mikirin kamu yang pakai baju itu ndhuk, bapak sedih sekali melihatnya, hati bapak sakit nduk…” ujar bapak terbata, ada yang menetes dipipi bapak ketika mengatakan itu semua dihadapanku. Aku masih terdiam tak bergeming

       “Bapak Cuma pengen kamu jadi lebih baik, tapi tidak dengan berpakaian seperti itu, kan malu dilihat orang banyak, apa lagi itukan pasar, apa kamu gak malu ndhuk? Sedangkan bapak yang bapakmu saja malu melihatmu seperti itu. Bapak itu Cuma menasehatimu agar kamu berubah, lalu siapa lagi yang akan menasehatimu, orang lain tidak akan pernah berani menasehatimu, karena ilmumu lebih tinggi dari mereka.” Bapak mengusap airmatanya, aku masih menekuri lantai tak berani menatap wajah teduhnya yang kini sembab karena gamisku.

       “Ya sudah kalau begitu mbak minta maaf, kalau sudah buat bapak dan ibu malu dengan gamis itu, besok-besok gak pakai gamis lagi.” Ujarku berusaha untuk berbicara.

       “Maksud bapakmu itu, kamu boleh pakai gamis, tapi lihat tempatnya, kalau pas ngaji ya gak papa di pakai. Orang tua mana tho ndhuk, yang tidak mau melihat anaknya tampil lebih baik.” Ibu menimpali, berusaha menengahi.

       “Cobalah untuk berdandan yang lebih pantas dan enak dipandang orang lain, jilbabmu itu sudah panjang lebar, ditambah lagi bajumu yang gak ada bentuknya, gak enak dilihat orang, jilbab itu gak usah panjang-panjang jadi rapi kelihatannya.” Lanjut ibu.

       Baik bu, untuk masalah gamis aku bisa merubahnya tapi jangan harap aku akan memendekkan jilbabku bu, permasalahannya dari tadi Cuma gamis, bukan jilbab. Jadi tolong jangan pernah memintaku untuk memendekkan jilbabku. Tegasku, dalam hati aku beristighfar berkali-kali…

       “Kamu kan sudah besar, sudah dewasa, kamu yang lebih tau mana yang pantas buatmu, dan mana yang tak pantas, bapak dan ibu hanya menyampaikannya kepadamu, kami berharap kamu bias berubah, tapi kalau tidak bias ya mau bagaimana lagi. Ujar bapak

       “Insya Allah Pak/Bu..”  kataku. Setelah minta maaf dan undur diri dari hadapan mereka, aku kembali kekamar. Airmataku seperti tak kuasa kubendung, aku sedih melihat bapak dan ibu yang merasa malu dengan cara berpakaianku. Tapi aku lebih sedih ketika mereka tak mengetahui apa alasan dan dasar aku berpenampilan seperti ini.

       Semenjak hidupku memaknai surat al-ahzab ayat 59, aku berazzam untuk memperbaiki semuanya, aurat yang kala itu masih kubiarkan bertebaran dimana-mana, aku berusaha menjaganya.

       Ibu… bapak… aku tak ingin dilihat indah dimata mereka, aku tak ingin dilihat cantik dimata mereka, tapi hina dimata-Nya, aku takut jilatan api neraka itu mengenai kakiku yang tak tertutupi, aku takut jilatan apai neraka itu membakar rambutku yang selalu dielu-elukan manusia aku takut… aku takut….
Biarlah, biarlah di dunia ini mereka semua mamandangku hina, biarlah semua orang menganggap diri ini tak terpelajar, biarlah semua orang menilai diri ini kampungan, dengan jilbab lebar dan baju longgar. Karena aku tak pernah perduli apa kata mereka, karena mereka belum mengetahui bagaiman indaahnya islam mengatur seluruh aspek kehidupan ummatnya.

       Duhai ibu.. bapak, tidakkah engkau marah ketika aurat anak gadismu dilihat oleh orang-orang yang bermata liar, tidakkah engkau sakit hati melihat anak gadismu dicolek oleh orang yang bukan muhrimnya? Aku hanya berharap agar Allah memberikanku kesempatan untuk belajar bersama-sama dengan kalian, hingga tak lagi engkau marah dan sedih melihatku mengenakan gamis itu lagi. izinkan aku menjadi anak yang sholehah, yang do’anya akan dikabulkan oleh Allah ketika kelak kalian tiada. 

Dan sampai saat ini aku masih disini bersama mushafku…
Belajar untuk membuat kalian tersenyum bahagia dengan tidak menyalahi aturan-Nya. 

Karya:
    Seseorang nan disana (Alumni SMA Negeri 1 Pamenang, Jambi)

Alumni Mencari Author / Penulis ! !

Written By Ikatan Alumni SMA N 1 Pamenang dan SMA N 5 Merangin on Minggu, 18 November 2012 | 17.18



           Ditujukan kepada Seluruh Alumni SMA Negeri 1 Pamenang dan SMA Negeri 5 Merangin bahwasannya saat ini kita memiliki website dengan alamat http://alumnismunsapmg.blogspot.com/.

Untuk lebih memeriahkan site tersebut maka kami sebagai admin disini mengundang rekan-rekan semua untuk bisa meramaikan site tersebut sebagai penulis (baik itu cerita, artikel, puisi, pengalaman, IPTEK, dll). Adapun syarat dan ketentuan sebagai penulis antara lain:

Syarat dan Ketentuan:
1. Artikel yang isinya bebas ( bisa pengalaman, cerita , unik , pengetahuan , teknologi , pendidikan , dll ).
2. Artikel tidak boleh berisi SARA, pornografi, pornoaksi, dan tidak boleh hasil copy paste tanpa sumber.
3. Artikel bukan berisi promosi. Jika ingin mempromosikan sesuatu, misalnya PPL (pay per lead), mempromosikan blognya sendiri dan lain sebagainnya.
4. Author Harus mempunyai Email ( dibutuhkan untuk mengirim hasil postingan )

Mungkin dari sekian banyak Alumni rata-rata bertanya-tanya apa saja Keuntungan yang diperoleh ketika kita menulis blog di Blog Alumni.

Ada beberapa keuntungannya, diantaranya :
1. Saling berbagi Ilmu pengetahuan antar Alumni ( Ilmu semakin di bagi maka ilmu itu akan bertambah )
2. Saling Kenal dan akan semakin tahu siapa saja yang paling suka nulis, soalnya dalam tulisan tersebuat akan di buat nama penulis dan akan dishare di Group Facebook.
3. Misalkan Author/ penulis mempunyai blog bisa Pasang Link di blog Alumni.
4. Dan Masih banyak lagi manfaat yang akan kita dapatkan jika kita saling berbagi, pokoknya enggak nyesel deh bisa saling memberi informasi khusunya sesama Alumni.

Cara Pengiriman Tulisan / Posting :
1. Tulisan dalam bentuk Word dan dikirim ke email
- alumni.smunsapmg@gmail.com
- wahidnawawi@gmail.com
2. Jangan Lupa diikut sertakan Biodata Penulis (Penting nih yang berisi Nama, No.HP, dan biodata lainnya) untuk konfirmasi dengan admin
3. Konfirmasikan jika tulisan anda telah terkirim ke admin di HP: - 081276060706
4. Tunggu konfirmasi dari Admin dan Admin akan memberi tahu jika Telah di posting ke Blog Alumni.

CATATAN:

Admin AKAN MENAMPILKAN Penulis di masing2 artikel yang dikirim.

Hormat Kami,

Admin

Pahlawan di Sekitar Kita

              


                    Setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pada momentum itu juga biasanya diberikan penganugerahan gelar pahlawan. Dari situs www.wikipedia.com , Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada kepada seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah Indonesia, yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Dengan pengertian ini, maka gelar pahlawan tidak sembarang diberikan kepada seseorang. Sifatnya terbatas pada syarat-syarat tertentu.
Secara formalitas, gelar pahlawan memang menuntut beberapa kriteria diantaranya cakupan wilayah yang luas (negara), dan besarnya peran yang diberikan. Jika memang demikian, maka pahlawan sifatnya terbatas saja. Gelar pahlawan, seharusnya tidak terbatas pada kriteria-kriteria tersebut saja. Gelar pahlawan maknanya luas. Tidak bergantung dari besar kecilnya kontribusi yang diberikan dan luas wilayah penerima manfaat itu. Pendeknya, siapa yang bermanfaat atau berjasa, maka dia adalah pahlawan.
Ini adalah anggapan pahlawan pada makna yang lebih luas. Seseorang dianggap pahlawan apabila dia memberikan manfaat atau bantuan kepada orang lain. Jika dalam pengertian itu, maka sebenarnya akan banyak pahlawan disekitar kita. Ada banyak orang yang selama ini menjadi pahlawan bagi kita, tetapi justru kita lupakan.
Setiap orang pasti memiliki pahlawan dalam hidupnya. Misalnya ada seorang ibu yang harus meregang nyawa saat melahirkan anaknya, maka bagi anak, ibu adalah pahlawannya. Seorang ayah yang harus bekerja keras menafkahi keluarga, dia adalah pahlawan bagi keluarganya. Warga yang mendapat jatah beras murah atau bahkan gratis, bagi rakyat dia dianggap sebagai seorang pahlawan.
Penghargaan Adipura yang didapatkan oleh sebuah kota tentu saja penghargaan itu melibatkan banyak pihak. Tak cukup hanya seorang bupati atau walikota saja hingga kota itu berhak mendapat penghargaan di bidang kebersihan itu. Ada penjaga taman kota, petugas kebersihan, dan warga bahkan hingga seorang pemulung. Sebab, berkat merekalah kebersihan kota dapat diciptakan. Keindahan kota dapat terjaga. Prestasi yang dicapai oleh sebuah sekolah, tentu berkat partisipasi beberapa unsur sekolah diantaranya kepala sekolah, guru, dan siswa sehingga prestasi itu dapat diraih. Insan pers yang memberitakan bencana sehingga para pembaca tergerak hatinya untuk membantu, adalah pahlawan juga. Pahlawan bagi seorang mahasiswa diantaranya dosen, pegawai kampus, sopir bus kampus, sopir angkot, dan bahkan tukang ojek. Pemberi beasiswa, adalah pahlawan bagi mahasiswa.
Dengan menganggap pahlawan dalam makna yang luas, sebenarnya banyak orang-orang yang merupakan pahlawan kita. Kalau kita jeli, maka akan banyak pahlawan dalam kehidupan kita.
Menurut Anis Matta dalam buku ‘Mencari Pahlawan Indonesia’, keberadaan seorang pahlawan begitu bermanfaat bagi orang lain. Saat dia ada, orang kadang tidak begitu merasakan kemanfaatannya. Keberadaannya tidak dihiraukan. Kemudian saat dia pergi, barulah orang-orang akan merasakan kehilangan. Seperti tukang jaga masjid atau garin. Keberadaannya jarang dirasakan oleh jama’ah. Jama’ah hanya tahu masjid bersih dan nyaman beribadah saja. Saat garin tidak ada, masjid kotor, kebersihan masjid tidak ada, barulah jamaah sibuk dan merasakan ketidaknyamanan dalam beribadah.
Semoga kita lebih jeli dalam melihat orang-orang yang berjasa dan bermanfaat bagi kita. Dan tidak mengacuhkannya. Sikap ini membuat kita akan semakin menghargai mereka. Menumbuhkan keinginan dan semangat untuk membalas budi baik mereka. Tidak ada salahnya membalas budi baik orang lain. Justru akan meninggikan akhlak kita.


Penulis : Supadilah
 


Download foto Reuni Akbar Alumni 14 September 2010 di Desa Meranti

Written By Ikatan Alumni SMA N 1 Pamenang dan SMA N 5 Merangin on Senin, 05 November 2012 | 03.55

Berikut adalah foto-foto peristiwa Terjadinya Reuni Akbar dari Start sampai akhir yang terjadi pada tanggal 14 September 2010 dan tempat terjadinya di Desa Meranti , B3 .

Screenshot sebagian:













                                              Download Foto Reuni

Download Kicau Burung / suara burung mp3 / wav

Download Smadav Pro 2012 Rev. 9.0.1 + Keygen

Written By Ikatan Alumni SMA N 1 Pamenang dan SMA N 5 Merangin on Minggu, 04 November 2012 | 18.20

Smadav Pro 2012 Rev. 9.0.1 + Keygen . Kini Smadav telah sampai pada Rev. 9.0, dimana pada Smadav Pro 2012 Rev. 9.0.1 + Keygen ini smadav mengupdate Databasenya dengan menambahkan 890 virus baru dan perbaikan bugs.

Screenshotnya :




                           Download Smadav Pro 2012 Rev. 9.0.1 + Keygen

Daftar isi

Sekilas Mengenai Alumni

Blog ini dirancang salah satunya adalah sebagai sarana berbagi informasi antar Alumni dan Pelajar SMA Negeri 1 Pamenang yang sekarang berubah nama menjadi SMA Negeri 5 Merangin, Jambi-Indonesia.
Semoga Bermanfaat...Amin

Alumni SMA Kita

Jempol Alumni

 
█║▌│█│║▌║││█║▌│║▌║█║║▌
Cyber4rt 2012 | SomeRight Reserved Copyright © 2011. Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Pamenang dan SMA Negeri 5 Merangin, Jambi - All Rights Reserved
Template Edited by Admin Alumni